Haji dan umrah bukanlah wisata biasa. Keduanya merupakan perjalanan ruhani.
Saat seseorang melangkahkan kaki ke Tanah Suci, dia sedang menempuh ibadah yang telah diawali oleh para nabi—dari Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad ﷺ.
Maka, memilih travel yang sesuai sunnah bukan hanya penting, tapi krusial.
Banyak travel menawarkan kenyamanan, kemewahan, atau harga murah.
Tapi pertanyaannya: apakah mereka benar-benar membimbing sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ?
Yuk, kita kenali 7 ciri travel haji dan umrah yang benar-benar sesuai sunnah, agar langkah kaki kita tak hanya sampai Makkah, tapi juga mendekat ke surga.
1. Pembimbing Ibadah yang Paham Sunnah, Bukan Hanya Bisa Ceramah
Ciri utama travel sesuai sunnah adalah pembimbingnya paham fiqih manasik, khususnya versi yang sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.
Mereka tidak hanya bisa menyampaikan dalil, tapi juga membimbing dengan lemah lembut dan praktik langsung.
Kalau saat thawaf, Anda masih bingung harus baca apa, atau malah disuruh bawa buku wirid setebal tafsir Al-Misbah, itu tandanya perlu curiga.
2. Mengutamakan Ibadah daripada Belanja atau Jalan-jalan
Travel sesuai sunnah menekankan ruh ibadah, bukan menjadikan umrah sebagai ‘bonus’ dari wisata ke Dubai, Turki, atau tempat lain.
Boleh jalan-jalan, tapi tidak menggeser tujuan utama: taqarrub ilallah.
Kalau itinerary-nya lebih banyak belanja di pasar daripada waktu di Masjidil Haram, fix: ini travel “tour”, bukan travel “haji dan umrah”.
3. Penyampaian Ilmu dengan Dalil yang Jelas dan Sumber Shahih
Setiap amalan dalam haji dan umrah idealnya diberikan landasan dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Tidak semua perlu panjang lebar, tapi cukup membuat jamaah merasa tenang: “Oh, ini memang diajarkan Rasulullah ﷺ.”
“Kita lakukan ini karena Nabi mengajarkannya begini,” — kalimat sederhana ini memberi ketenangan luar biasa bagi jamaah.
4. Tidak Mengada-adakan Amalan Tambahan yang Tidak Ada Tuntunannya
Ada yang menyuruh bacaan tertentu di setiap putaran thawaf. Ada juga yang menyuruh mencium Hajar Aswad dengan ritual khusus.
Travel sesuai sunnah tidak melakukan amalan yang tidak pernah dicontohkan Nabi, sekalipun itu terlihat baik.
Kebaikan tidak selalu benar. Karena dalam ibadah, yang tidak dicontohkan Nabi bisa jadi tertolak.
5. Mendorong Jamaah untuk Ikhlas, Bukan Pamer
Travel sesuai sunnah selalu mengingatkan jamaah untuk menjaga niat.
Tidak mendorong untuk upload tiap momen ke media sosial. Tidak menjadikan ibadah sebagai konten, tapi menjadikan konten sebagai ibadah (kalau pun dibutuhkan).
Ibadah bukan konten. Tapi kalau konten bisa menambah semangat ibadah orang lain, boleh—asal niatnya lurus.
6. Memastikan Fasilitas Mendorong Kekhusyukan, Bukan Kemewahan
Travel sesuai sunnah tentu memperhatikan kenyamanan jamaah. Tapi mereka tidak berlebihan dalam fasilitas. Karena terlalu mewah justru bisa membuat ibadah jadi “dingin”.
Kenyamanan secukupnya, agar hati tetap fokus pada Allah.
Hotel bintang 5 oke, asal bukan jadi bintang pengalih fokus dari Masjidil Haram.
7. Membangun Ukhuwah dan Bimbingan Pasca-Perjalanan
Travel sesuai sunnah tidak hanya mendampingi saat di Tanah Suci. Namun, juga memberikan bimbingan sebelum dan sesudah.
Mereka membantu jamaah menjaga semangat ibadah saat kembali ke tanah air.
Haji dan umrah bukanlah titik akhir. Tapi titik awal menjadi hamba yang lebih dekat dengan Allah Ta’ala.
Jangan Salah Pilih Travel, Salah Jalan Pulang
Haji dan umrah adalah panggilan langit. Jangan sampai panggilan itu disambut dengan travel yang hanya sibuk pencitraan, bukan bimbingan.
Kalau Anda sedang mencari travel haji dan umrah yang benar-benar peduli pada keutuhan ibadah, yang menjaga sunnah, dan membimbing dengan hati, maka Maghfirah Travel adalah jawabannya.
Dibimbing oleh para ustadz dan pembimbing berpengalaman yang memahami manhaj nabawi, Maghfirah Travel bukan hanya mengantarkan Anda ke Makkah, tapi juga menguatkan di jalan pulang menuju Allah.
